Dia Sedang Memelihara Kamu (Mazmur 69:33)
Judul khotbah ini kemungkinan besar sudah menjadi sebuah firman dalam kehidupan kita. Dalam kehidupan sebagai orang Kristen dan sebagai orang yang sudah memberi diri untuk mengikut Yesus, kita mulai bingung didalam pertumbuhan kedewasaan kita sendiri dan muncul pertanyaan-pertanyaan apakah Tuhan masih menyanyangi kita? Apakah Tuhan masih memelihara kita? Yang perlu kita tanamkan dalam pikiran kita adalah apapun yang menjadi musim dalam hidup kita Allah tetap memelihara kita. Pada ayat pokok tersebut mengatakan bahwa kita yang mencari Allah biarlah hati kita hidup kembali, kita sudah menjadikan Tuhan menjadi tempat yang pertama, ketika kita memutuskan untuk mengikuti Kristus dan percayalah bahwa dalam Kristus ada sebuah kehidupan yang tidak akan kita temukan dimanapun juga kecuali didalam Dia. Tetapi perjalan kita sebagai orang Kristen bahwa ada begitu banyak dari kita sebagai orang Kristen yang sudah bertahun-tahun dengan pengabdian kita, tetapi justru kita merasakan belakangan ini kehidupan kita tidak semakin baik, mungkin itu kekecewaan, pekerjaan yang terpuruk, atau hubungan keluarga yang semakin kacau. Kita melihat bahwa di alkitab ada sebuah surat yang tertulis bahwa ternyata bukan hanya kita yang pernah mengalami hal tersebut tetapi ada salah satu penulis Mazmur yang ternyata pernah mengalami satu titik terendah dalam kehidupannya yaitu seorang pemimpin di bait Tuhan.
Mazmur 77:1-12, ayat ini ditulis untuk orang-orang yang sedang bergumul dengan keraguan. Ada seorang yang bernama Asaf, dia adalah seorang pemimpin dirumah Tuhan dan dia bukan Kristen yang baru dibaptis, dia seorang pemimpin yang tahu benar mencari hadirat Tuhan dan dia adalah orang yang menulis Mazmur 77, kita tidak tahu apa penderitaannya Asaf sehingga dia menulis begitu luar biasa, yang jelas dia sedang bergumul sampai titik terendah dan dia mengingat Tuhan. Begitu juga dengan kita kalau kita mengingat Tuhan harusnya iman kita bangkit. Dalam Alkitab ada tertulis “Apabila aku mengingat Allah aku mengerang apabila aku merenung maka lemah lesulah semangatku” lemah lesuh dalam bahasa Ibrani “diliputi kegelapan/ merana”. Jadi artinya pada waktu Asaf merenung tentang Tuhan soal sukacita, Asaf akhirnya diliputi oleh kegelapan dan merana. Asaf mulai mempertanyakan Tuhan, sayangnya Asaf mengambil sikap doa sebagai sebuah teknik pada awalnya. Part Of Growth as Christians is learning how to persevere through our doubts. Seringkali doa kita tidak terjawab karena kita menjadikan doa sebagai sebuah teknik artinya doa hanya dijadikan sebagai alat untuk meminta kepada Tuhan dan bukan komunikasi untuk membangun hubungan yang intim dengan Tuhan. Doa tidaklah selalu merupakan hal pertama ketika kita berada ditengah persoalan.
Ada 3 hal yang harus kita ketahui sebelum kita berdoa pada Tuhan:
1. Merenungkan kebesaran Tuhan – Maz 77:12-13
Dalam kitab Ibrani 12:2 kita harus fokus kepada Yesus, seringkali jika kita berdoa fokus kita bertumpu pada kegelisahan, kekecewaan pada masalah kita. Kita perlu mengalihkan fokus kita kepada kebesaran Tuhan.
2. Mengetahui bahwa rencana Tuhan adalah rencana Penebusan – Maz 77:16
Dalam pengertian SELA = berhenti sebentar dan memikirkan apa arti semua itu, Apapun yang terjadi dalam hidup kita Tuhan kita adalah Tuhan yang sanggup mengubahkan keadaan kita, karena rencana Tuhan adalah penuh rencana penebusan, dan Dia akan mengubahkan hidup kita dan Dia tidak akan pernah terlalu cepat tetapi juga tidak akan terlambat, yakinkan dalam hati kita bahwa Yesus sedang ada dibalik layar untuk kebaikan hidup kita. There are spiritual “Treasures” that we can only get when we experience the darkness – Yes 45:3. Seringkali masalah, persoalan, lembah kekelaman itu dimaksudkan untuk rencana penebusan dan bukan hanya untuk kita tetapi juga untuk orang-orang disekitar kita. Ingatlah, selalu ada kebaikan Tuhan dimasa lalu dan belajarlah bukan untuk hidup kita sendiri tetapi untuk mengingat apa yang Tuhan sudah kerjakan dalam kita secara pribadi.
3. Jangan takut akan ketakutanmu – Maz 77:17
Didalam ketakutan dan musim hidup kita janganlah takut. Ketika bangsa Israel sampai di tepian sungai mereka tidak berdaya karena ketakutan laut merah ada di depan mereka dan pasukan Mesir yang kuat mengejar mereka dari belakang. Kita mungkin bisa relevan dengan apa yang umat Israel alami, dalam rumah tangga dan dalam keluarga kita tidak bisa tertolong karena tekanan dari belakang dan tidak ada jalan keluar di depan namun kita melihat laut merah dan gemetar, laut merah melihat Tuhan dan gemetar ketakutan karena kuasaNya. Jadi hal yang paling kita takutkan dalam hidup kita adalah ternyata takut akan Tuhan, kenapa demikian? Ketika musa angkat tangan membelah air itu bangsa Israel takut pada air tetapi air itu takut akan Tuhan. Apapun yang kita takutkan mereka semua takut akan Tuhan karena yang kita sembah adalah pribadi yang memerintah atas seluruh alam semesta, Dia adalah Tuhan yang paling besar. Yang perlu kita lakukan adalah mengembalikan iman kita bukan kepada masalah tetapi mengembalikan masalah kita kepada Tuhan dan bukan menaruh iman kepada kepintaran kita tetapi menaruh iman kembali kepada Tuhan. Di dalam pernikahan kita juga perlu cinta untuk memulainya tetapi kita perlu mengerjakan sesuatu untuk tetap menumbuhkan cinta itu tersebut – Maz 77:21. Amien @tjrock
Recent Sermons
“AND I AM WILLING TO DO WHATEVER HE WANTS”
December 30, 2018
Expand Your Capacity
October 21, 2018
The Value Of Family
October 10, 2018